Rabu, 20 Mei 2015

PERANAN EMOSI DALAM PENYEMBAHAN

Penyembahan  kepada Allah yang hidup harus dilakukan  didalam roh dan kebenaran.(Yohanes 4:24)   contoh penyembah didalam roh dan kebenaran adalah Raja Daud.  Alkitab mencatat  saat Daud dikuasai oleh Roh Kudus , ia mengekspresikan nya dengan menari nari dihadapan Allah.   Tindakan ini mengundang cemooh dari istrinya.  Penyembahan yang benar seringkali melibatkan emosi.  Alkitab  mengajarkan kasih kepada Allah haruslah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.  Didalam aplikasi nya  pasti melibatkan emosi.  Ibadah yang hidup seperti yang dicatat dalam Nehemia 8 juga melibatkan emosi. Tindakan mengangkat tangan, sambil berucap "amin, amin"  berlutut dan sujud menyembah Tuhan dengan muka sampai ke tanah tidak mungkin dilakukan dengan sikap hati yang dingin tanpa emosi.

Ibadah yang ekspresif seperti yang terjadi dalam gereja mula mula, adalah ibadah yang sangat atraktif.  Ketika nilai nilai ibadah bergeser dari ibadah yang hidup kepada serangkaian ritual agama, maka kekristenan menjadi begitu kering.  Alkitab mengajar umatTuhan melayani Tuhan dengan roh yang menyala nyala, dan dengan semangat.  Pertanyaannya, apakah hal ini dapat dilakukan tanpa emosi?

Umat Tuhan yang beribadah menurut pola gereja mula mula seringkali menerima julukan sebagai " orang orang yang emosional"   Banyak buku yang ditulis menentang pengalaman baptisan Roh Kudus, bagi umat Tuhan masa kini.  Pemulihan gereja yang dilakukan Roh Kudus untuk kembali kepada gereja mula mula seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, diawali oleh suatu gerakan Roh Kudus di Azuza Street.  Itulah asal usul gerakan gereja Pentakosta.  Orang orang mengalami baptisan Roh Kudus dengan tanda awal yang tetap "berbicara di dalam bahasa Roh"

Perjumpaan seorang percaya dengan Roh kudus, biasanya  diikuti oleh reaksi pribadi yang beragam, menurut karakter dari individu yang bersangkutan, ada yang heboh, namun ada pula yang tenang, namun semuanya dengan tanda yang sama yaitu "berbicara dalam bahasa Roh"  sayangnya Reaksi pribadi seperti itu banyak kali ditafsirkan sebagai sesuatu yang menyimpang , padahal reaksi pribadi adalah suatu fenomena yang wajar, ketika Roh Kudus melawat roh manusia dengan kepribadian yang unik.

HAl yang perlu digaris bawahi adalah baptisan Roh Kudus dalam kehidupan umat Tuhan adalah awal dari sebuah proses menuju kepada kesempurnaan didalam anugerahNya. Terlalu berlebihan untuk menuntut orang yang dibaptis Roh Kudus untuk hidup sempurna, karena pengalaman baptisan adalah Awal menuju kepada kesempurnaan didalam Kristus

Pengalaman baptisan Roh Kudus memang banyak melibatkan emosi, namun tetap diperlukan karena memberi kuasa bagi umat Tuhan untk bersaksi bagi Kristus dan memperlengkapi setiap umat Tuhan untuk segala pekerjaan yang baik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar